
manasymut.sch.id – Candi, Dungkek – Suasana berbeda tampak di lingkungan MA Nasy-atul Muta’allimin Candi Dungkek pagi ini. Seluruh guru dan siswa kompak mengenakan sarung dan busana khas santri sejak hari ini, ahad, tanggal 19 Oktober 2025. Tradisi berpakaian sarung ini akan berlangsung hingga 22 Oktober 2025, sebagai bentuk semangat dan penghormatan dalam menyambut Hari Santri Nasional (HSN) Tahun 2025.
Pemandangan para santri berbusana sarung dengan songkok nasional, serta siswi mengenakan jubah dan kerudung rapi, menambah nuansa religius di halaman madrasah. Kegiatan ini menjadi langkah awal dari rangkaian peringatan Hari Santri yang akan berpuncak pada upacara HSN di halaman madrasah pada 22 Oktober mendatang.
K. Fathor Raman, Kepala MA Nasy-atul Muta’allimin, menyampaikan bahwa tradisi berpakaian sarung ini memiliki makna historis dan spiritual yang mendalam.
“Kita ingin mengenang bahwa negeri ini merdeka tidak lepas dari kaum sarungan,” ujarnya dengan penuh semangat. “Walaupun sekarang kita hidup di era modern, santri juga harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai kesantrian,” ungkapnya saat ditemui di kantornya.
Lebih lanjut, K. Fathor mengajak seluruh siswa dan guru untuk menjadikan momentum Hari Santri sebagai ajang refleksi diri.
“Ayuk, pada momen Hari Santri ini kita isi dengan muhasabah. Kita sebagai santri harus tetap dan terus berkontribusi untuk negeri—menjaga kemerdekaan, menjaga keberagaman di Indonesia,” pesannya sambil tersenyum.
Kegiatan ini disambut antusias oleh seluruh warga madrasah. Hafidz salah seorang siswa mengaku bangga bisa mengenakan sarung ke sekolah.
“Saya merasa bangga menjadi bagian dari tradisi perjuangan para ulama dan santri tempo dulu,” kata siswa kelas X itu.
(TIM MA)




